Rasanya sudah cukup lama aku melihat drama-drama Korea terbaru bergenre crime, thriller, dan sejenisnya. Emang my cup of tea sih, tapi kalau terus-terusan diajak berburu penjahat dan melihat adegan pembunuhan, ikut stres juga ternyata 😅 Oleh karena itu, aku sempat refreshing dengan nonton Young Sheldon (2017-2022) dan Outlander (2014-2023) di Netflix.
Menghabiskan dua serial TV itu ternyata bikin aku kurang update dengan perdrakoran. Sampai akhirnya ada notifikasi kalau drama Korea Love Next Door tayang 17 Agustus kemarin. Oh, akhirnya! Kalau kamu belum nonton, cobain deh! Ada banyak hal yang bikin drama ini worth your time *bahkan lebih bagus dari Queen of Tears (2024) lho 😝 Kok bisa?
Sinopsis Love Next Door
Saat ini, nama Choi Seung-hyo (Jung Hae-in) lagi naik daun sebagai arsitek muda terbaik di Korea. Berbagai penghargaan dia sabet sehingga dia berani membuka studionya sendiri. Nggak cuma “sempurna” sebagai arsitek, personality-nya menyenangkan dan dia juga ganteng. Tapi, ada momen-momen yang ingin dia hapus dari hidupnya.
Momen tersebut biasanya melibatkan Bae Seok-ryu (Jung So-min). Sejak usia empat tahun, mereka sering menghabiskan waktu bersama karena Seung-hyo sering dititipkan kepada Mi-sook, ibu dari Seok-ryu. Maklum, ibunya Seung-hyo bekerja di Kemenlu sehingga sering melakukan perjalanan dinas ke luar negeri.
Di sisi lain, meski datang dari keluarga yang nggak kaya, Seok-ryu punya hidup yang cukup mulus. Di sekolah, dia selalu ranking satu, anak ambis, dapat beasiswa sekolah di Amerika dan akhirnya bekerja di sana. Tapi tiba-tiba, dia pulang ke Korea dan melepaskan semua hasil kerja kerasnya. Dan di momen seperti ini, dia dipertemukan kembali dengan Seung-hyo.
#1 Kisah Cinta Masa Kecil yang Sangat Manis
Seung-hyo cilik diceritakan sebagai anak laki-laki lemah dan pemalu. Sebagai anak tunggal dan punya ibu yang sering pindah kerja, kayaknya dia nggak punya banyak teman seumuran yang bertahan lama. Bahkan, dia sempat di-bully karena jarang ngomong dan lahir di luar negeri lho! Dikira nggak bisa bahasa Korea 🤣
Di saat seperti itulah Seok-ryu datang menyelamatkan teman barunya tersebut. Karena sangat energetic dan nggak kenal takut, gadis cilik ini selalu didengar oleh teman-temannya.
Tapi yang bikin menarik, Scriptwriter Shin Ha-eun menghadirkan POV berbeda dari mereka. Seok-ryu merasa dia harus melindungi yang lemah, sedangkan Seung-hyo merasa terpaksa mengalah karena temannya itu sangat agresif dan semaunya sendiri 😅 Konsep ini yang justru bikin Love Next Door terasa lebih make sense dan fresh!
#2 Jung So-min & Jung Hae-in adalah Pasangan yang Sempurna untuk Peran Ini
Aku jatuh cinta pertama kali sama Jung So-min di Because This is My First Life (2017). She’s pretty, tapi bukan jenis “cantik” yang dianggap “sempurna” oleh orang Korea Selatan. Tapi justru itu yang bikin drama yang dia bintangi lebih relatable dan down to earth. Maklum, meski aku suka cerita fantasi dan sci-fi, sebuah cerita tuh harus make sense.
Sejak beradu peran sama Lee Min-ki di drama itu, baru kali ini aku merasa Jung So-min bersinar lagi. Bukannya nggak support dia itu eksplor jenis karakter baru ya. Tapi melihat So-min memainkan karakter Seok-ryu yang energetic, childish, emotional, dan bisa berubah jadi serius karena dia udah umur 30-an… It feels like home.
Begitu juga Jung Hae-in, si ganteng yang bukan tipikal maskulin banget ini. Dia emang keren pakai seragam tentara seperti di D.P. (2021) atau Snowdrop (2021), tapi bagiku dia jauh lebih cocok jadi arsitek ganteng ha ha ha. Wajahnya cocok lho buat karakter Seung-hyo yang pemalu, tapi bisa talkative di depan orang-orang terdekatnya. Makanya, sayang banget kalau kamu nggak nonton Jung Couple ini. Pasangat terbaik 2024 sih ini 😝
BACA JUGA: Review Drama Korea Connect yang Dibintangi Jung Hae-in
#3 Angkat Isu Ibu dan Anak yang Relatable buat Working Class
Drama Korea Love Next Door ini dibuka oleh adegan empat orang ibu-ibu yang hiking bareng. Mereka udah bestfriends gitu. Nah, tiap berkumpul, Bu Mi-sook (ibunya Seok-ryu) dan Bu Hye-sook (ibunya Seung-hyo) selalu mengadu kehebatan anak-anaknya. Oleh karena itu, kepulangan Seok-ryu dari Amerika bikin dia shock dan marah hebat.
Di episode kedua, ada suatu adegan yang cukup critical bagi hubungan ibu dan anak itu. Memang belum benar-benar “selesai”, tapi penonton akhirnya tahu kenapa Bu Mi-sook sangat ingin anaknya kembali ke Amerika. Dan alasan itu bisa mengingatkan penonton tentang hubungan mereka dengan ibunya. Terlihat sepele, tapi efeknya cukup dalam 🥺
Too bad aku nggak bisa spoil lebih banyak. Kalau kamu penasaran, tonton aja sendiri di Netflix setiap Sabtu dan Minggu malam. Dijamin nggak bakal menyesal kok!
#4 Bikin Gen-Z dan Millenials yang Burnout Merasa Nggak Sendirian
Iya, Seok-ryu pulang karena burnout, tapi sampai episode ke-2 masih belum dijelaskan detail tentang apa yang terjadi di Amerika. Dia mengalami identity crisis. Sejak kecil, dia selalu sukses di segala hal. Nggak heran kalau orang-orang merasa “wah, pasti gedenya jadi orang sukses nih”. Sekarang Seok-ryu dewasa mempertanyakan: What is success?
Sejak kecil dia nggak pernah berhenti berlari. Berbagai dukungan terus dia dapatkan. Tapi kapan dia bisa berhenti? Atau dia bahkan nggak boleh berhenti sama sekali?
Sebagai seseorang berusia 30-an juga dan sudah bekerja sejak di awal perkuliahan, aku sangat relate dengan ini. Apakah cuma uang yang harus dikejar dari pekerjaan? Gimana kalau bukan itu yang kuinginkan? Apa aku masih bisa bebas memilih?
Hal-hal seperti ini mungkin kurang bisa dipahami oleh penonton yang masih SMA dan baru masuk kuliah. Tapi menurutku, isu seperti ini justru harus mulai diperkenalkan ke anak-anak muda biar mereka nggak terlalu take everything for granted dan masih punya banyak waktu untuk membuat rencana sebelum menyesal.